BAB I
KESULTANAN SAFAWIYAH( 1501 - 1736 )
A.
Latar Belakang dan Faktor –Faktor Yang Mendorong Berdirinya Kesultanan
Safawiyah.
1.
Latar Belakang Kesultanan Safawiyah
a. Asal Usul Kesultanan Safawiyah.
Kesultanan
Safawiyah bermula dari gerakan Sufi di kawasan Azarbaijan yang disebut Safawiyeh.Pendiri
gerakan Sufi ini ialah Sheikh Safi Al-Din (1252–1334).
Sheikh
Safī al-Dīn Abdul Fath Is'haq Ardabilī berasal dari Ardabil, sebuah
kota di wilayah Azerbaijan Iran. Ia merupakan anak murid seorang imam Sufi
iaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan.) Safi
Al-Din kemudian mengganti ajaran Sufi ini menjadi ajaran Syiah sebagai
tanggapan terhadap serangan tentara Mongol di wilayah Azerbaijan.Pada abad
ke-15, Safawiyah mula meluaskan pengaruh dan kekuasaannya dalam bidang politik
dan militer ke seluruh Iran dan berhasil merebut seluruh Iran dari pemerintahan
Timuriyah.
b.
Sejarah Kesultanan Safawiyah
Shafi
Ad-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan gurunya yang wafat
pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangatlah teguh memegang ajaran agama.
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar,
kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “Ahli Bid’ah”.Tarekat yang
dipimpin Shafi Ad-Din ini semakin penting terutama setelah mengubah bentuk
tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri
di luar Ardabi, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin
murid-muridnya. Wakil tersebut diberi gelar khalifah dan nantinya akan menjadi
komandan perang.
Kemudian
murid-murid tarekat mendukung tarekat Safawiyah untuk menghimpun kekuatan
dengan menjadi tentara dan sangat fanatik kepada keyakinannya.Bahkan, mereka
juga menentang orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka.Tarekat Safawiyah
banyak diterima oleh masyarakat sehingga tarekat ini mengubah model gerakan
spiritual keagamaan menjadi gerakan politik.Hal ini mulai tampak ketika gerakan
tarekat dipimpin oleh Junaid 1447-1460 M. Junaid memperluas kegiatan politik
pada kegiatan keagamaan.Perluasan kegiatan ini mendapatkan
hambatan-hambatan.Salah satunya dari penguasa Qara Qayunlu dan Aq- Qayunlu yang
merupakan dua suku terkuat Turki.Sehingga terjadi konflik antara Junaid dengan
penguasa Turki.
Keterlibatan
tarekat Safawiyah dalam perpolitikan yang semakin besar mengantarkan tarekat
Safawiyah berhadapan dengan kekuatan besar yang berkuasa saat itu yaitu Turki
Utsmani.Pada saat Junaid memiliki konflik dengan Qara Qayunlu, ia mengalami
kekalahan dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat itu Junaid mendapat
perlindungan dari penguasa Diyar Bakr yang juga bangsa Turki. Junaid tinggal di
istana Uzun Hasan yang pada saat itu menguasai sebagian Persia. Selama dalam
pengasingan, Junaid tidak tinggal diam. Ia mempersunting salah seorang saudara
perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tetapi
gagal. Lalu pada tahun 1460 M Junaid mencoba merebut kota Sircassia tetapi
pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Junaid pun pada akhirnya
terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Tampuk
kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya diberikan kepada putera Junaid, Haidar,
tetapi Haidar masih sangat kecil pada waktu itu.Setelah menunggu beberapa
tahun, Haidar sudah cukup dewasa dan mempersunting salah satu putri Uzun
Hasan.Dari perkawinan tersebut lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi
pendiri dinasti Safawi di Persia.[1]
Pada abad
ke-15, Kesultanan Utsmaniyah mulai
memasuki daerah orang Persia.Sebagai balasan, pengikut Safawiyah dari Ardabil merebut
Tabriz dari Turki di
bawah pimpinan Alwand. Safawiyah kemudian dipimpin oleh Ismail I dan di
bawah pemerintahannya, Tabriz menjadi ibu kota dinasti Safawiyah dan ia sendiri
mendapat gelar Shah Azerbaijan. Kemudian, Ismail I
berhasil mencapai barat laut Iran dan merebut semua wilayah Iran dari
Turki.Pada tahun 1511, tentera Uzbek berhasil diusir.
Sepanjang
pemerintahan Safawiyah, IslamSyiah menjadi agama resmi Iran walaupun Syiah sudah
lama dipraktikan sebelum zaman Safawiyah.Raja-raja Safawiyah kemudiannya
membawa masuk lebih banyak ulama-ulama Syiah dan menganugerahkan mereka uang
dan tanah sebagai hadiah atas kesetiaan mereka kepada dinasti Safawiyah.
Pada
puncak kejayaannya, sastra, kesenian dan arsitektur Persia berkembang pesat dan
contohnya adalah pembangunan Alun-alun Naghshi
Jahan di Isfahan.Dalam
bidang ekonomi, perdagangan Iran berkembang karena letaknya di tengah-tengah Jalur Sutera.
Kejayaan
Safawiya mulai surut pada abad ke 17.Raja-raja Safawiyah semakin lama semakin
tidak efisien dan hidup berfoya-foya.Iran juga terus diserang oleh Turki
Utsmaniyah, Afghan dan Arab. Pada tahun 1698, Kerman direbut
oleh orang Baloch, sementara Khorasan
ditaklukan oleh orang Afghan pada
tahun 1717. Selain
itu, Safawiyah turut berhadapan dengan ancaman baru yaitu Kekaisaran Rusia di
sebelah utara dan serangan tentara Mughal di
sebelah timur.Lebih buruk lagi, ekonomi Safawiyah merosot akibat perubahan
jalur perdagangan antara timur dan barat, sehingga Jalur Sutera tidak
lagi digunakan.
Pada
tahun 1760,
jenderal Karim Khanmengambil
alih kekuasaan sekaligus mengakhiri pemerintahan Safawiyah di Iran dan
mendirikan Dinasti Zand.[2]
1. Kesultanan
Utsmaniyah mulai memasuki daerah orang Persia. Sebagai balasan, pengikut
Safawiyah dari Ardabil
merebut Tabriz
dari Turki.
3. Lemahnya kontrol
militer Turki terhadap wilayah yang luas dari pemerintahan pusat
4. Gerakan
tarekat Safawiyah
semakin besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatalia.
Kemajuan peradaban
dinasti safawiyah tidak hanya terbatas dalam bidang politik tetapi kemajuan
dalam berbagai bidang:
1) Bidang keagamaan
Pada masa Abbas,dalam
bidang keagamaan yang menanamkan sikap toleransi terhadap politik keagamaan tau
lapang dada yang amat besar. Paham syi’ah tidak lagi menjadi paksaan bahkan
orang sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya.
2) Bidang arsitektur
Kerajaan safawi telah
berhasil menciptakan isfahan, ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah.
Di kota ini berdiri bangunan bangunan besar dengan arsitektur bernilai tinggi
dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas zende
rud, dan istana chihil sutun. Dalam kota isfahan terdapat 162 masjid, 48
akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.
3) Bidang ekonomi
Kerajaan syafawi pada
massa Abbas 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian syafawi, terlebih
setelah kepulauan hurmuz di kuasai dan pelabuhan gumrun diubah menjadi bandar
Abbas. Yang merupakan salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang
biasa di perebutkan oleh belanda, inggris, dan perancis sepenuhnya telah
menjadi milik kerajaan syafawi. Di samping sektor perdagangan, kerajaan syafawi
juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit
subur.
4) Bidang ilmu pengetahuan
Berkembangnya ilmu
pengetahuan masa kerajaan syafawi tidak lepas dari suatu doktrin mendasar bahwa
kaum syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Kaum syi’ah
tidak seperti kaum sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang
mesti taqlid saja. Kaum syi’ah tetap berpendirian bahwasannya mujtahid tidak
terputus selamanya.
Beberapa ilmuan yang
selalu hadir di majelis istana, yaitu: Baha Al-Din Al-Syaerazi seorang filosof
dan Muhammad Bagir Ibn Muhammad Damad, seorang filosof ahli sejarah, teolog
seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.
5) Bidang kesenian
Kemajuan tampak begitu
jelas dengan gaya arsitektur bangunannya, seperti terlihat pada masjid syah
yang di bangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan
tangan, kerajinan karpet, permadani, pakaian. Seni lukis mulai di rintis sejak
zaman Tamasp 1, raja ismail pada tahun 1522 M. Membawa seorang pelukis Timur ke
Tabriz, pelukis itu bernama Bizhard. Pada zaman Abbas 1 berkembanglah
kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat, syair.
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah
pimpinan Ismail menyerang danmengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur
dekat Nakh Chivan.Qizilbash terus berusaha memasuki dan menaklukkan
Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di
kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti
Safawi. Ia disebut juga Ismail I.
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun
antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya, Buktinya ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di
Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd
(1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508
M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah
kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile
Crescent) .
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi
politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke
daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.Ismail berusaha merebut dan
mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi dalam
peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang di pimpin
oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz.Kerajaan Safawi terselamatkan dengan
pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer
Turki di negerinya.
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan
dan kepercayaan diri Ismail.Akibatnya dia berubah, dia lebih senang menyendiri,
menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.Keadaan itu berdampak negatif bagi kerajaan
Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat
memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusukuTurki, pejabat keturunan
Persia dan Qizibash.
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus
berlangsung sepeninggal Ismail I,peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini
terjadi beberapa kali pada masapemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II
(1576-1577 M) dan MuhammadKhudabanda (1577-1567M).Pada masa tiga raja tersebut
kerajaan Safawi mengalamikelemahan.Hal ini di karenakan sering terjadinya
peperangan melawan kerajaan Usmaniyang lebih kuat, juga sering terjadi
pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaanSafawi sendiri.
Berikut
urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Abbas III
(1732-1736 M)
Puncak kejayaan masa kerajaan Persia: Kondisi kerajaan Safawi
yang memprihatinkan dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik
tahta (1587-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka
memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1.Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara
membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang
bangsa Georgia,Armenia dan Sircassia.
2.Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak
akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, dan Usman)
dalam khutbah-khutbah Jum'at. Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan
kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang
mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa
wilayah kekuasaan.
Sepeninggal Abbas I
kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza
(1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain
(1694-1722), Tahmsap II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). pada masa
raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Safi Mirza cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah.Ia sangat kejam
terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang
pernah dicapai oleh Abbas I segera menurun.Kota Qandahar (sekarang termasuk
wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh
kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara
Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka
minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian,
dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali.
Sebagaimana Abbas II, sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertidak kejam terhadap
para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintah.Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini
memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni.Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Dinasti Safawi.
Salah seorang putra
Husein, bernama Tahmsap II, dengan dukungan penuh suku Qazar dan Rusia,
memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan
pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Pada tahun 1726 M Tahmsap II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu. Dengan demikian, dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan
Agustus 1732 M Tahmsap II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III
(anak Tahmsap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu,
tepatnya, 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan
Abbas III. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.
Diantara sebab-sebab kemunduran kehancuran kerajaan Safawi ialah:
1. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
Bagi kerajaan Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah
merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
2. Dekadensi moral yang melanda sebagian para
pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan
tersebut.
3. Karena pasukan ghulam (budak-budak)
yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi
seperti Qizilbash.
4.
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga Istana.